oleh
Tantan Satriyo1)
1. PENDAHULUAN
Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak antara (8–11)° LS dan (119–125)° BT, terdiri dari sederetan pulau besar dan kecil yang membentang dari Barat ke Timur dengan Batas-batas wilayah:
Secara umum Propinsi Nusa Tenggara Timur termasuk daerah yang beriklim kering. Curah hujan di daerah ini dengan periode turun hujan yang hanya berlangsung sekitar 3–4 bulan, tergolong paling rendah di Indonesia yaitu dengan variasi antara 150–200 mm/th. kecuali pada daerah tertentu seperti Kabupaten Ngada, Manggarai dan Sumba Barat bisa mencapai 2000–3000 mm/tahun.
Sebagai daerah kepulauan dengan luas perairan laut± 172.378 Km2 Propinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai prospek yang cukup baik bagi pengembangan usaha perikanan, baik untuk sektor penangkapan maupun budidaya laut.
Dalam hal pengembangan usaha budidaya laut dimungkinkan berkat cukup banyaknya daerah pantai yang secara teknis memenuhi syarat untuk dikelola dan dijadikan lokasi kegiatan budidaya. Demikian pula halnya dengan potensi sumber yang dijadikan obyek budidaya, seperti rumput laut dan tiram/kerang, cukup tinggi. Akan tetapi, hingga saat ini belum banyak dijumpai masyarakat/nelayan yang berusaha di bidang budidaya. Kalaupun ada masih dalam skala usaha yang kecil dengan teknologi yang relatif sederhana. Rumput laut lebih banyak diambil dari alam. Demikian pula dengan tiram/kerang juga masih tergantung pada penyediaan oleh alam.
Belum adanya pemanfaatan potensi yang tersedia ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1) Staf Dinas Perikanan Prop. NTT.
Menyadari akan adanya keterbatasan - keterbatasan ini dan menyadari pula akan besarnya manfaat dari sumber yang ada serta kemungkinan pendaya gunaannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan dewasa ini, maka sudah selayaknya jika dorongan motivasi dan langkah-langkah pembinaan kearah itu dapat lebih ditingkatkan lagi, khususnya bagi masyarakat pesisir/nelayan sebagai sasaran utama pembangunan perikanan, demi terwujudnya kesadaran, pengertian, kemauan dan kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan usaha budidaya, memetik hasilnya dan memanfaatkannya sebagai jaminan peningkatan pendapatan dan kesejahteraannya.
2. POTENSI PENGEMBANGAN
Pemanfaatan sumber daya laut di Nusa Tenggara Timur selama ini terkonsentrir pada sektor penangkapan. Inipun belum mencapai taraf pemanfaatan yang optimal. Sebab utama dari lambannya perkembangan usaha ini adalah keterbatasan kemampuan masyarakat/nelayan yang bergerak dibidang tersebut, baik dalam hal modal, skill, maupun kemauan dan kemampuan adopsi terhadap teknologi. Keadaan seperti ini pula yang menyulitkan/menghambat perkembangan usaha budidaya laut, meskipun langkah-langkah ke arah itu sudah lama dirintis dan dipikirkan. Dilain pihak, Nusa Tenggara Timur mempunyai kondisi lingkungan yang strategis dan menguntungkan serta cukup kaya akan sumber laut (flora/fauna) yang mempunyai peluang besar untuk dikembangkan dan siap untuk dikelola.
Berikut ini adalah gambaran dari beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dan sekali gus sebagai bahan informasi potensi pengembangan yang ada di Nusa Tenggara Timur untuk dijadikan masukan dan pembahasan lebih lanjut.
2.1 Jenis-jenis hewan/tumbuhan yang ada dan penyebarannya
Yang dimaksudkan dengan jenis-jenis hewan/tumbuhan disini adalah jenis-jenis yang dominan dan mempunayi potensi untuk dikembangkan, baik ditinjau dari segi jumlah maupun nilai ekonomisnya.
Tabel berikut adalah gambaran tentang jenis biota yang ada serta penyebarannya di perairan Nusa Tenggara Timur.
Tabel 1. Jenis hewan/tumbuah budidaya dan daerah penyebarannya di perairan Nusa Tenggara Timur.
No. | J E N I S | DAERAH PENYEBARAN |
1. | Ikan: | |
- Kerapu | Hampir merata disepanjang perairan pantai pulau Flores, Sumba, Timor dan Alor. | |
- Kakap | ||
2. | Tiram/Kerang: | |
- Pinctada maxima | Sabu, Roti, Pantar, Tl. Kebela, Solor, Adenara, Komodo, Rinja, Tl. Katenteng. | |
- P. margaritifera | ||
- Pteria pinguin | ||
3. | Rumput laut : | |
- Eucheuma sp. | Menyebar di perairan pantai Kabupaten Kupang (8) Alor (3), Flores timur (6) Sikka (3), Manggarai (2) Sumba Barat (3), Sumba Timur (5). | |
- Gelidium | ||
- Gracilaria | ||
- dll |
Ket. : (..) : Jumlah lokasi.
2.2 Penyebaran dan luas daerah yang memungkinkan bagi usaha budidaya laut.
Ada beberapa daerah yang menurut persyaratan teknis budidaya mempunyai harapan besar untuk dikembangkan, terutama untuk rumput laut dan tiram. Perlu dijelaskan bahwa penelitian yang mendetail tentang daerah yang memenuhi persyaratan teknis, belum pernah dilakukan. Informasi yang disajikan dalam tulisan ini lebih banyak merupakan hasil observasi/ pengamatan lapangan yang selama ini dilakukan serta laporan-laporan yang pernah diterima. Dengan demikian data penyebaran dan luas daerah yang diuraikan dalam tabel berikut ini bukan merupakan data konkrit, melainkan masih perlu diteliti dan dijajagi lebih lanjut.
Tabel 2. Penyebaran dan luas daerah yang memungkinkan untuk usaha budidaya rumput laut.
No. | KABUPATEN | L O K A S I | LUAS AREAL (Ha) |
1. | Kupang | - Tablolong, Oetefu kecil, Sulamo | 50 |
2. | Sumba Barat | - Tanjung Karose | 10 |
3. | A 1 o r | - P. Lapang, Tl. Kebola | 20 |
4. | Sumba Timur | - Melolo | 5 |
5. | Flores Timur | - Lewoleba | 15 |
6. | Sikka | - Pamana, P. Besar | 25 |
7. | Manggarai | - Labuan Bajo, P. Komodo | 15 |
Tabel 3. Penyebaran dan luas daerah yang memungkinkan untuk usaha budidaya tiram.
No. | KABUPATEN | L O K A S I | LUAS AREAL (Ha) |
1. | Kupang | - P. Sabu, P. Rotl | 125 |
2. | Alor | - P. Pantar, Tl. Kebola | 85 |
3. | Manggarai | - P. Komodo, P. Rinja, Tl. Kamba, Tl. Katenteng | 165 |
4. | Flores Timur | - P. Solor, P. Adonara | 125 |
2.3 Potensi Produksi
Estimasi potensi produksi yang bisa dicapai berdasarkan pendekatan luas areal seperti yang dijelaskan pada tabel 3, dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Estimasi produksi yang bisa dicapai dalam rangka pengembangan budidaya laut di Nusa Tenggara Timur.
No. | J E N I S | LUAS AREAL (Ha) | PRODUKSI (Ton/Ha) | TOTAL PRODUKSI (Ton/th) |
1. | Tiram | 500 | 100 | 50.000 |
2. | Rumput laut | 140 | 60 | 8.400 |
Estimasi produksi yang tertera pada tabel diatas didasarkan pada pendekatan produksi secara alami serta beberapa percobaan yang pernah dilakukan.
Khusus untuk ikan tidak dicantumkan, baik pada tabel 2, 3 ataupun 4. Sebenarnya kedua jenis ikan kakap dan kerapu cukup ditemukan diperairan Nusa Tenggara Timur, akan tetapi ditemukan banyak kesulitan untuk menentukan lokasi budidaya, luas areal serta potensi produksinya, karena keterbatasan data penunjang yang dibutuhkan.
2.4 Ketersediaan tenaga kerja dan dana
Berbicara mengenai tenaga kerja, maka ada beberapa pendekatan yang perli diperhatikan dan dikaji lebih lanjut, yaitu :
Pendekatan kwantitas.
Ditinjau dari segi jumlah tenaga kerja, untuk Nusa Tenggara Timur masih jauh
dari cukup. Sebagai gambaran dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Nusa
Tenggara Timur sampai th. 1984 adalah 2.848.666 jiwa. Sedangkan jumlah nelayan/petani
ikan tercatat 26.534 orang (15.611 RTP), berarti kurang dari
1 % jumlah penduduk Nusa Tenggara Timur. Luas perairan Nusa Tenggara Timur
± 172378 Km2 dengan garis pantai produktif sekitar 5.700 Km. Berarti
bahwa suatu Rumah Tangga Perikanan (RTP) mempunyai kesempatan untuk
mengolah perairan seluas rata-rata 1.000 Ha. untuk aktifitas penangkapan.
Dengan demikian jelas bahwa untuk memanfaatkan perairan seluas ini sangat
dibutuhkan tenaga kerja nelayan yang banyak sekali.
Pendekatan kualitas.
Dari sejumlah RTP 15.611, hampir 90 % adalah nelayan, dalam arti mempunyai
pola usaha menangkap bukan pola memelihara. Budidaya laut merupakan bentuk
usaha yang masih asing bagi kebanyakan masyarakat nelayan. Dengan demikian
mengharapkan adanya tenga trampil yang berkualitas dalam kondisi
seperti ini adalah mustahil dan butuh waktu yang cukup lama untuk bisa mencetaknya.
Tenaga ahli.
Seperti halnya dua pendekatan diatas, maka tenaga ahli yang menguasai teknik
budidaya laut masih sangat langka. Ini juga merupakan bagian yang harus dipertimbangkan,
khususnya dalam menunjang keberhasilan upaya pengembangan
budidaya laut di Nusa Tenggara Timur.
Diantara sekian banyak faktor-faktor produksi yang ada, biasanya dana merupakan primadona yang kurang prima untuk saat ini, terutama bagi nelayan/petani ikan yang rata-rata mempunyai penghasilan dibawah garis kemiskinan.
2.5 Jaminan pemasaran hasil
Disamping tersedianya dana, aspek ekonomis lainnya yang juga amat penting adalah jaminan pemasaran hasil. Melihat perkembangan pemasaran produksi alam (rumput laut, tiram) selama ini di Nusa Tenggara Timur, terlihat adanya prospek yang cukup baik dan menguntungkan. Hal ini merupakan langkah awal yang cukup menggembirakan. Akan tetapi bagaimanapun juga pemasaran merupakan masalah yang pelik, susah dipecahkan, bahkan ironisnya, ada kecenderungan untuk diremehkan.
Sebagai ilustrasi, bahwa hingga saat ini, program peningkatan produksi perikanan masih banyak mengalami hambatan terutama jika sudah sampai pada persoalan pemasaran hasil. Sering kali terdengar keluhan nelayan tentang keberhasilan mereka dalam meningkatkan produksi yang belum dimbangi oleh jaminan pemasaran yang baik. Kalau bukan soal hasil tangkapan yang tidak terjual habis, bisa juga dalam hal ketetapan harga. Hal atau kenyataan yang seperti ini bisa juga terjadi pada sektor budidaya laut.
Selama ini panen hasil laut (rumput, tiram) yang dipungut dari alam dapat dipasarkan dengan baik bahkan ada indikasi hasil tersebut masih perlu ditingkatkan lagi oleh karena permintaan yang juga terus meningkat. Akan tetapi yang perlu diingat seandainya budidaya laut akan dikembangkan secara besar-besaran di Nusa Tenggara Timur yaitu, bahwa komoditi yang dihasilkan dari kegiatan ini merupakan komoditi ekspor yang tentunya akan sangat tergantung pada situasi pasaran internasional.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ditinjau dari scope Nusa Tenggara Timur, pemasaran hasil masih bisa dijamin akan dapat berjalan dengan baik, akan tetapi untuk scope nasional dan bahkan internastional, maka pemasaran hasil merupakan bagian yang masih perlu untuk dipertimbangkan dan di kaji lebih lanjut.
Satu aspek lagi yang juga perlu dipertimbangkan yaitu yang menyangkut aspek lingkungan. Pertimbangan ekologis dalam menyusun suatu rencana kegiatan mutlak dibutuhkan, mengingat makin banyaknya kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi akibat suatu perencanaan yang gegabah dan terburu-buru, baik terhadap lingkungan fisik, kimia, biologis maupun lingkungan sosial.
Untuk daerah Nusa Tenggara Timur, dampak negatif dari pengolahan lahan untuk kegiatan budidaya laut boleh dikatakan tidak ada, oleh karena pada dasarnya kegiatan budidaya laut itu sendiri tidak banyak menuntut perubahan/penyesuaian lingkungan, baik fisik, kimia maupun biologis. Barangkali yang perlu diperhatikan adalah perubahan yang mungkin terjadi pada lingkungan sosial.
2.6 Masalah dan hambatan
Masalah biasanya muncul akibat adanya perbedaan data potensial dan data aktual. Misalnya, Nusa Tenggara Timur merupakan daerah yang potensial untuk usaha budidaya laut. Akan tetapi kenyataannya belum ada usaha yang dilakukan untuk mengimbangi kenyataan “potensial” tersebut. Faktor-faktor penyebab inilah yang sering disebut masalah.
Umum diketahui bahwa untuk bisa memberikan kriteria layak bagi suatu proyek/ program, maka tiga aspek harus dipenuhi yaitu :
Dalam kaitannya dengan kemungkinan pengembangan usaha budidaya laut di Nusa Tenggara Timur, masih terlalu banyak faktor-faktor yang ada dalam ke empat aspek diatas yang belum dipenuhi. Jika harus disebut dan diuraikan satu persatu tentunya akan sangat panjang sekali. Akan tetapi bagaimanapun juga diantara sekian banyak faktor-faktor tersebut tentunya ada faktor-faktor yang perlu mendapat prioritas untuk dipecahkan.
Untuk daerah Nusa Tenggara Timur dengan kondisi yang ada saat ini, faktor utama yang perlu mendapat prioritas adalah :
Hambatan-hambatan yang mungkin ditemui dalam rangka mengatasi ke tiga faktor diatas tentunya juga sangat banyak, apalagi kalau harus diperinci sampai sekecil-kecilnya.
3. KESIMPULAN
Dari uraian pada bab sebelumnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa Propinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai sumber yang cukup baik bagi pengembangan usaha budidaya laut, terutama untuk rumput laut dan tiram-tiraman. Akan tetapi untuk menjamin terwujudnya gagasan tersebut perlu diadakan pendekatan terhadap beberapa faktor pembatas yaitu: