Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 7
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN BERONANG

Oleh

Edward Danakusumah1)

1. PENDAHULUAN

Ikan beronang (Siganus spp) adalah ikan yang potensial untuk dibudidayakan (LAM, 1974; LAM dan SOH, 1975; POPPER et al., 1979). Di beberapa negara seperti Guam, Palau, Fiji, Solomon, Filipina, Indonesia, Singapura dan Israel ikan ini sangat digemari (MANACOP, 1973; LAM, 1974. WESTERNHAGEN dan ROSENTHAL, 1976; GUNDERMANN et al., 1983). Di Indonesia spesies yang mempunyai harga relatip tinggi adalah S. canaliculatus dan S. guttatus. Di sekitar Kepulauan Riau harga S. canaliculatus ( menjelang tahun bara Cina ) mencapai Rp. 6.000, - per kg dan di Sulawesi Selatan harga ikan S. guttatus mencapai Rp. 3.500, - per kg. Ikan-ikan ini mempunyai daerah penyebaran yang sangat luas mulai dari Laut Tengah, Laut Merah, Samudera Hindia, Indo - Australia, Pasifik Barat sampai ke perairan Jepang Selatan ( BEAUFORT dan CHAPMAN, 1951; GEORGE, 1972; Ben TUVIA dan KISSIL, 1973; POPPER et al. , 1973).

Famili Siganidae diduga mempunyai anggota sebanyak 25 sampai 30 spesies yang hidup tersebar di seluruh dunia ( HERRE dan MONTALBAN, 1928; WOODLAND dan ALLEN, 1977). Koleksi ikan beronang di Lembaga Oseanologi Nasional LIPI mempunyai 10 spesies yaitu Siganus oramin (S. canaliculatus) S. guttatus, S. javus, S. virgatus, S. chrysospilos, s puellus, S. vermiculatus, s. corailinus, S. vulpinus dan S. spinus. Delapan spesies diantaranya ditemukan di Teluk Banten (MERTA, 1980).

2. MUSIM BERPIJAH

Ikan beronang mempunyai musim berpijah antara bulan Januari sampai dengan september tergantung pada spesies dan tempatnya. Di Fiji S. vermiculatus memijah antara bulan Februari sampai dengan September ( GUNDERMANN et al., 1983). S. canaliculatus di Singapura dan di Filipina memijah antara bulan Januari sampai dengan April ( MANACOP, 1937; LAM, 1974). Sedangkan di Palau, ikan ini memijah antara bulan Maret sampai dengan Juli (HASSE, et al., 1977). Di Teluk Banten pemijahan ikan ini terjadi pada bulan Januari-Februari dan Juli -Agustus. Di Laut Tengah dan Laut Merah, S. luridus mulai memijah pada bulan Maret dan S. argenteus pada bulan Juli sampai Agustus (POPPER, et al., 1979). Di tempat yang sama GEORGE (1972) menemukan bahwa ikan S. rivulatus masih ada yang memijah sampai dengan bulan September.

1) Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai, Bojonegoro - Serang.

Beberapa peneliti telah sependapat bahwa saat pemijahan sangat dipengaruhi oleh fase bulan. Di alam ikan beronang memijah di sekitar bulan baru demikian pula pemijahan alami yang terjadi di dalam tangki percobaan. S vermiculatus memijah pada hari ke 7 – 8 setelah bulan baru ( GUNDERMANN, et al., 1983). Sedangkan S. canaliculatus memijah pada 4 – 6 hari setelah bulan baru (MANACOP, 1937; HASSE, 1937). (POPPER, et al., (1979) juga menemukan bahwa S. luridus dan S. rivulatus juga memijah setelah bulan baru tetapi tidak menyebutkan pada hari yang ke berapa. WASPADA (1984) melapokan bahwa S. virgatus biasanya memijah antara 3 – 7 hari sebelum atau 5 – 7 hari setelah bulan baru. Pada umumnya ikan beronang memijah pada malam hari tetapi POPPER, et al., (1979) pernah menemukan ada ikan S. luridus dan S. rivulatus memijah masing-masing pada siang hari dan pagi hari di dalam tangki percobaan. Hal ini mungkin merupakan suatu penyimpangan akibat adanya “stress” tertetu.

3. FEKUNDITAS

Ikan beronang mempunyai fekunditas yang relatip tinggi. Jumlah telur yang terkandung tergantung pada besarnya ikan. Di Filipina, MANACOP (1937) menemukan S. oramin ( S. canaliculatus) betina dengan panjang total 21,4 cm mengandung telur sebanyak 419.000 butir sedangkan ikan yang mempunyai panjang total 16,4 cm mengandung telur sebanyak 363.000 butir. Hasil penelitian di Palau menyatakan bahwa fekunditas S. canaliculatus berkisar antara 295.000 butir ( HASSE, et al., 1977). GUNDERMANN, et al., (1983) memperkirakan fekunditas S. vermiculatus dengan panjang total 12 cm (berat badan 240 g) mengandung telur sebanyak 350.000 butir. Gonad terberat yang pernah ditemukan adalah 12,8% dari berat badan induknya. WASPADA (1984) mengemukakan bahwa fekunditas ikan kea-kea (S. virgatus) berkisar antara 250.000 sampai 304.000 butir. Ikan beronang mempunyai telur yang lengket (adhesive). Telur yang telah dibuahi selalu kedapatan melekat pada benda-benda di dasar perairan. Diameter telur ikan beronang berkisar antara 400 sampai 700 mikron ( MANACOP, 1937 GUDERMANN, et al., 1983; WASPADA, 1984).

4. BENIH ALAMI

Dalam budidaya laut penyedian benih merupakan hal yang sangat penting. Penyediaan benih dapat dilakukan dengan cara terkontrol pada pembenihan (hatchery) atau dengan cara pengumpulan benih alami. Penyediaan benih ikan beronang secara masal dengan cara terkontrol masih merupakan masalah yang berlum terpecahkan. Walaupun pemijahan di dalam laboratorium ( dalam skala kecil ) telah berhasil dilakukan terhadap beberapa spesies seperti Siganus rivulatus, S. luridus, S. argenteus, S. virgatus, S. fuscescens dan S. canaliculatus, (MANACOP, 1937; FUJITA dan UENO, 1954; GORDIN dalam POPPER, et al., 1979; WILSON, 1974; MAY, et al., 1974; WESTERNHAGEN dan ROSENTHAL L, 1976; POPPER, et al., 1979; WASPADA, 1984. Dilain pihak penyediaan benih alami lebih mudah dilakukan dan lebih murah biayanya apabila lokasi, musim dan jenis alat tangkapnya telah diketahui.

Di Teluk Banten kelimpahan benih alami masih relatip besar. Beberapa spesies benih ikan beronang yang tertangkap di perairan ini adalah Siganus canaliculatus, S. guttatus, S. virgatus, S. javus, S. chrysospilos dan S. vermiculatus (NURHAKIM, 1984a). Diduga tingginya komposisi ikan ini erat hubungannya dengan kelimpahan stock induk di alam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian MERTA (1980). Benih ikan S. canaliculatus di lokasi Grenyang menunjukkan kelimpahan yang tertinggi dibandingkan dengan benih yang tertangkap di lokasi lainnya di perairan Teluk Banten ( Tabel 1). Hal ini disebabkan adanya kelimpahan makanan alami ikan beronang yaitu tumbuhan air yang didominasi oleh Enhalus sp. (Table 2).

Kecepatan pertumbuhan benih ikan sangat dipengaruhi oleh banyak tidaknya makanan yang disukai. NURHAKIM (1984b) menemukan bahwa semakin tinggi kepadatan Enhalus sp semakin cepat pertumbuhan benih ikan S. canaliculatus (Tabel 3). Selanjutnya disebutkan bahwa kecepatan pertumbuhan benih ikan ini berkisar antara 12,6 sampai 22,5 mm per bulan. DREW dalam LAM (1974) mendapatkan bahwa kecepatan pertumbuhan S. rivulatus yang hidup diperairan yang banyak ditumbuhi rumput laut adalah 14 mm per bulan sedangkan yang hidup diperairan mangrove hanya 3 mm per bulan.

Tabel 1. Hasil tangkapan rata-rata benih ikan beronang di beberapa lokasi di Teluk Banten ( NURHAKIM, 1984a).

SpesiesCrenyangPantai Barat
P. Panjang
Pantai Barat
P. Kambing
(ekor)%(ekor)%(ekor)%
S. canalicatus107,087,519,880,814,486,9
S. guttatus1,91,60,10,30,31,9
S. virgatus0,00,04,518,10,63,5
S. javus12,710,40,00,00,85,0
S. chrysospilos0,00,00,20,80,42,7
S. vermiculatus0,80,70,00,00,00,0

Table 2. Volume rata-rata tanaman air yang terdapat di dalam 1m2 luas perairan di tiga lokasi di Teluk Banten. ( NURHAKIM, 1984a)

Jenis tanamanTeluk
Grenyang
(cm3)
Pantai Barat
P. Panjang
(cm3)
Pantai Barat
P. Kambing
(cm3)
Enhalus2.629,51150,00727,50
Syringodium66,92707,00180,00
Thalasia00319,00
Cymodocea107,5328,3314,00
Halodule0017,00
Halophila05,000,20
Sargassum0148,330
Amphipora000,50
Halimeda90,771,67437,50
Padina06,670
Cladophoropsis8,4600
Sponge11,5400

5. HABITAT

Ikan berohang mendiami bermacam-macam habitat perairan dangkal mulai dari perairan karang, perairan yang berdasar pasir baik dengan atau tanpa vegetasi, lagun, muara sungai dan perairan mangrove ( MUNRO, 1967; LAM, 1974; WOODLAND and ALLEN, 1977; HASSE, et al., 1977; WOODLAND dan RANDALL, 1979; POPPER, 1979).

Tabel 3. Pertumbuhan relatip pada benih ikan beronang yang tertangkap di tiga lokasi di Teluk Banten. (NURHAKIM, 1984b)

LokasiSpesiesPertumbuhan relatip harian
(mm/hari)
Dugaan Pertumbuhan relatip bulanan
(mm/bulan)
Teluk GrenyangS. canaliculatus0,7522,50
S. javus0,7622,80
Pantai Barat Pulau PanjangS. canaliculatus0,4212,60
S. virgatus0,4413,20
Pantai Barat Pulau KambingS. canaliculatus0,4613,80

GUNDERMANN, et al., (1983) membagi ikan beronang berdasarkan habitat, sifat tingkah-laku yang khas dan sifat pewarna (coloration)-nya menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama termasuk spesies yang hidup terikat pada suatu tempat misalnya perairan karang (POPPER, 1979). Pada umumnya ikan-ikan ini mempunyai warna yang cerah misalnya S. corallinus, S. vulpinus, S. virgatus dan S. puellus. Spesies lainnya pada stadia tertentu mempunyai sifat berpindah-pindah dalam suatu kelompok (shoal), misalnya S. rivulatus, S. luridus dan S. canaliculatus (POPPER dan GUNDERMANN,1975; HASSE, et al., 1977). Ikan-ikan ini biasanya mempunyai warna yang agak kelam disesuaikan dengan warna sekelilingnya sebagai alat kamuflase. Benih ikan S. canaliculatus yang berukuran antara 1 – 3 cm ditemukan di perairan Teluk Banten sebelah barat pada kedalaman 1 m pada waktu air pasang (NURHAKIM, 1984a, b) tetapi setelah berukuran lebih besar dari 3 cm mereka migrasi ke tempat yang lebih dalam. Ikan beronang yang mendiami perairan karang sangat sensitip terhadap perubahan fisika-kimia air seperti salinitas, suhu air dan oksigen terlarut. Kelompok kedua terdiri dari spesies yang tidak terikat pada suatu perairan tertentu. Pada umumnya mereka mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap perubahan fisika-kimia air. Anggota kelompok ini biasanya di temukan di perairan laut dan payau misalnya S. javus ( BEAUFORT dan CHAPMAN, 1951; HERRE dan MONTALBAN, 1928). S. vermiculatus merupakan contoh yang paling ekstrim karena ia ditemukan dari mulai perairan laut sampai ke perairan tawar pada salinitas antara 2 – 55 permil (BEAUFORT & CHAPMAN, 1951, GUNDERMANN, et al., 1983).

6. DAFTAR PUSTAKA

Ben TUVIA dan G.W. KISSIL, 1973. Experiments in rearing rabbitfish (Siganus rivulatus) in sea water. Aquaculture, 1,359 – 364.

BURHANUDDIN. S. MARTOSEWOJO. M HUTOMO dan A. DJAMALI, 1975. The genus of Siganus in the collection of the National Institute of Oceanology (Siganidae). Mar. Res. Indonesia, 15.21 – 36.

BEAUFORT, De L.F. dan W.M. CHAPMAN, 1951. Fishes of the Indo-Australian Archipelago IX. E.J.Brill. Leiden. Netherlands.

FUJITA, S. dan M. UENO, 1954. On the development of the egg and prelarval stages of Siganus fuscescens ( Houttuyin ) by artificial insemination. Japan. J. Ichthyol., 3, 129 – 132.

GEORGE, C. J., 1972. Notes on breeding and movements of rabbitfishes. Siganus rivulatus (Forskal) dan S. luridus (Ruppel ) in the coastal waters of the Lebanon. Ann. Mus. Sta. Nat. Genova, 79,32 – 44.

GUNDERMANN, M., D.M. POPPER dan L.LICHATOWICH, 1983. Biology and life cycle of Siganus vermiculatus ( Siganidae, Pisces ). Pacific Sci. 32 (2), 165 – 180.

HASSE, J.J., B.B. MADRAISAU dan J.P.Mc. VEY, 1977. Some aspect of life history of Siganus canaliculatus (Park) (Pisces: Siganidae) in Palau. Micronesia, 13 (2), 297 – 312.

HERRE, A.W.dan H.R. MONTALBAN, 1928. The Philippine Siganids. Philippine J.Sci., 35 (2) 151 – 185.

LAM, T.J. dan C.L.SOH, 1975. Effect of photoperiod on gonadal maturation in the rabbitfish, Siganus canaliculatus Park 1797. Aquaculture, 5,407 – 410.

MANACOP, P.R., 1937. The artificial fertilization of dangit Amphacantus oramin (Bloch and Schneider). Philippine. J. Sci., 62, 229 – 237.

MAY, R. C., D.M. POPPER dan J.P. McVEY, 1974. Rearing and larval development of Siganus canaliculatus ( Park ) Pisces : Siganidae). Micronesia, 258–298.

MERTA, I.G.S., 1980. Hubungan-hubungan antara panjang cagak, panjang baku, tinggi badan dan berat dengan panjang total ikan beronang (Siganus spp) dari Teluk Banten, Pantai Utara Jawa Barat. Lap. Penel. Perikanan Laut. 23, 9 – 15.

MUNRO, I.S.R., 1967. The fishes of the New Guinea, Papua Nugini. Dept. Agric. Stock and Fish. Port Moresby. 651 pp.

NURHAKIM, S., 1984a. Komposisi spesies benih ikan beronang (Siganus spp) berdasarkan lingkungan hidupnya di perairan Teluk Banten. Lap. Penel. Perikanan Laut, 30, 1 – 16.

NURHAKIM, S., 1984b. Pertumbuhan benih ikan beronang (Siganus spp) di Teluk Banten. Lap. Penel. Perikanan Laut, 30,43 – 54.

POPPER, D.M. dan N. GUNDERMANN, 1975. Some ecological and behavioral aspects of siganid populations on the Red Sea and Mediterranean Coasts of Israel in relation to their suitability for aquaculture. Aquaculture, 6, 127 – 141.

POPPER, D.M., R. PITT dan Y. ZOHAR, 1979. Experiments on the propagation of Red Sea siganids and some notes on their reproduction in nature. Aquaculture, 16, 177 – 181.

WASPADA, 1984. Pemijahan dan pemeliharaan larva ikan kea-kea (Siganus virgatus). Lap. Penel. Perikanan Laut. 30, 35 – 42.

WESTERNHAGEN, H.V. dan H. ROSENTHAL, 1976. Induced multiple spawning of reared Siganus oramin ( Schneider ) ( S. canaliculatus Park ) Aquaculture, 7 (2), 193 – 196.

WILSON, P.T. 1974. MMDC Progress. Micronesia Mariculture Demonstration Center. Newsletter. 4 – 6.

WOODLAND, D.J. dan G.R. ALLEN, 1977. Siganus trispilos, a new species of siganidae for the Eastern Indian Ocean. Copeia. 4, 617 – 620.

WOODLAND, D.J. dan J.E. RANDALL, 1979. Siganus puelloides, a new species of rabbitfish from the Indian Ocean. Copeia. 3, 390 – 393.


Previous Page Top of Page Next Page