Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 30
BUDIDAYA LAUT DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA
DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT

Oleh

Kusmiba Kajad 1)

1. PENDAHULUAN

Pada tahun anggaran 1984/1985 dengan dana dari APBD Tingkat l Kalimantan Barat telah dilakukan percobaan budidaya laut dengan menggunakan kurungan terapung (floating netcage). Adanya pemikiran untuk memperkenalkan kepada masyarakat, khususnya masyarakat nelayan Kalimantan Barat. Sampai saat ini usaha yang dilakukan dilaut hanya terbatas pada usaha penangkapan ikan, baik dengan alat tangkap yang tetap (stationer) maupun yang bergerak (mobile).

Adanya jenis usaha yang baru ini merupakan suatu peluang untuk menambah penghasilan bagi nelayan, disamping membuka kesempatan kerja. Hal tersebut sejalan dengan Kebijaksanaan Pemerintah dalam pelaksanaan Pelita IV ini, dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam secara optimal. Perairan pantai di daerah Kalimantan Barat memungkinkan untuk dikembangkannya budidaya laut, mengingat kualitas air yang belum tercemar, terutama dari limbah industri bila dibandingkan dengan perairan pantai Utara Jawa. Disamping itu terdapat gugusan pulau-pulau kecil sepanjang pantai Kalimantan Barat, merupakan pelindung dari ombak laut lepas yang berasal dari Laut Cina Selatan.

Pada tahap pertama dengan dana dari APBD Tingkat I Kalimantan Barat tahun anggaran 1984/1985 alat pelampung untuk kurungan terapung ini terbuat dari drum yang dipisi ter. Namun kadar pengaratan cukup tinggi hingga daya tahannya cuma satu tahun. Selanjutnya pada tahun anggaran 1985/1986 dilakukan perubahan terhadap pelampung dengan menggunakan kayu gondongan.

Dengan adanya perbaikan ini diharapkan sarana budidaya laut ini dapat bertahan minimal 2 (dua) tahun.

2. KEADAAN BUDIDAYA LAUT SAAT INI

2.1 Luas daerah budidaya laut menurut jenis komoditi seperti telah diuraikan dimuka bahwa di daerah Kalimantan Barat baru dilakukan percobaan budidaya laut dengan jenis komoditi ikan kerapu (Epinephelus spp). Sarana tempat pembudidayaan ikan kerapu terdiri dari kurungan terapung yang terbuat dari kayu besi (belian) berbentuk kotak dimana dibagian dalamnya dipasang jaring/dari bahan nilon multi filament. Adanya jaring ini untuk memudahkan dalam pengontrolan pertumbuhan ikan maupun pada waktu panenan. Ukuran kurungan adalah 2 × 3 × 1,20m3 sebanyak 2 (dua) buah; dikiri kanannya diberi kayu gelondongan sebagai alat pelampungannya. Guna mencegah kurungan terbawa hanyut, keempat sudut dipasang jangkar. Pada sisi sebelah atas dari kurungan diberi pintu untuk memudahkan pemberian makanan tambahan serta pada waktu panen.

1) Dinas Perikanan Propinsi Kalimantan Barat.

2.2. Jenis Komoditi yang Dibudidayakan

Sampai saat ini jenis komoditi yang dibudidayakan baru satu jenis yaitu ikan kerapu (Epinephelus spp). Hal ini disebabkan nilai ekonomis ikan kerapu cukup tinggi dan merupakan komoditi ekspor terutama ke Singapura, disamping penyediaan benihnya cukup banyak diperairan pantai Kalimantan Barat.

2.3. Padat penebaran dan pengelolaannya

Jumlah benih yang ditebarkan di kedua kurungan masing-masing sebanyak 500 ekor dengan ukuran 10–15 cm.
Bila dibandingkan dengan volume total sebanyak 7.2 m3, maka padat penebaran untuk budidaya ikan kerapu ini adalah 70 ekor/m3, sedangkan bila dibandingkan dengan luas permukaan air dalam kurungan maka padat penebarannya adalah 83 ekor/m2.

Padat penebaran disini dilakukan dengan asumsi bila survival rate sebesar 40% saja, maka pada waktu panenan nanti padat penebarannya sekitar 28 ekor/m3 atau 34 ekor/m2.

Dalam percobaan budidaya kerapu ini tidak dilakukan perlakuan terhadap pemberantasan hama/penyakit/gangguan lainnya dengan asumsi bahwa laut sekitar tempat kurungan ini diletakkan bebas dari hama penyakit.
Hanya saja penebaran benih kedalam kurungan dilakukan sekitar 10 hari setelah kurungan tersebut dimasukkan ke air laut, agar supaya tir yang melekat dikayu sudah bereaksi dengan air laut sehingga ikan yang ada dalam kurungan dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Pemberian makanan tambahan dilakukan sehari sekali pada waktu pagi berupa ikan yang dicacah dimasukkan dalam kantong nylon yang digantungkan dalam kurungan (lihat gambar), banyaknya makanan sebesar 4% dari total berat ikan yang ada di kurungan setiap harinya.

Kurungan tempat pemeliharaan ikan kerapu ini diletakkan di sekitar tempat pemukiman nelayan di Pulau Temaju, Kabupaten Pontianak, sehingga setiap saat dapat dimonitor keadaannya, baik pengamatan terhadap kurungan maupun perkembangan ikan dalam kurungan yang bersangkutan.

2.4. Periode Pemeliharaan

Periode pemeliharaan sejak ikan ditebarkan kedalam kurungan sampai dengan pemanenan hasil sekitar 5–6 bulan; setiap bulannya dilakukan pengamatan mengenai jumlah serta pertumbuhannya.

2.5. Hasil yang dicapai dan produktivitas usaha

Pengamatan yang dilakukan menunjukkan terjadinya mortalitas yang cukup tinggi, karena ikan kerapu yang dipelihara terdiri dari 4 (empat) jenis dan ukurannya kurang homogen. Ada kecenderungan ikan tersebut memakan sesama jenisnya (kanibal). Hal tersebut terlihat dari bekas ikan yang dimangsa oleh sesamanya dalam kurungan tersebut, sehingga survival rate yang diperhitungkan sebesar 40% tidak dapat dicapai. Dengan demikian produktivitas usaha budidaya ikan kerapu tersebut belum dapat diperhitungkan. Pada tahun anggaran 1985/1986 dengan dana dari APBD Tingkat I Kalimantan Barat diadakan lanjutan budidaya ikan kerapu dengan penyempurnaan-penyempurnaan seperlunya.

2.6. Penyediaan Benih

Benih kerapu cukup banyak terdapat di perairan wilayah ini dan tertangkap dengan alat sero. Benih kerapu yang ditebar di kurungan percobaan dari nelayan yang menggunakan alat sero tersebut.

2.7. Pemasaran Hasil

Ikan kerapu mempunyai prospek yang sangat baik, karena mempunyai pasaran lokal yang cukup tinggi disamping sebagai mata dagangan ekspor ke Singapura dalam bentuk segar.

3. POTENSI PENGEMBANGAN

3.1. Jenis-jenis ikan dan daerah penyebarannya

Sampai saat ini baru jenis ikan kerapu yang dibudidayakan. Penyebarannya merata sepanjang perairan pantai di wilayah Kalimantan Barat. Disamping itu juga terdapat rumput laut di perairan sebelah Utara, tetapi belum diinventarisasi tentang jenis-jenis yang ada dan yang mempunyai nilai ekonomis penting. Kemungkinan pengembangan budidaya laut untuk ikan maupun rumput laut dimungkinkan di daerah ini mengingat tersedianya benih cukup banyak dan penyebarannya merata sepanjang perairan pantai wilayah Kalimantan Barat.

3.2. Penyebaran dan luas daerah yang memungkinkan bagi usaha budidaya laut

Keadaan pantai relatif subur karena banyaknya sungai besar yang bermuara ke laut, disamping keadaan perairannya yang belum tercemar oleh limbah industri. Demikian pula daerah-daerah ini terlindung dari ombak yang berasal dari laut lepas, yaitu Laut Cina Selatan, antara lain karena adanya gugusan pulau-pulau kecil di sebelah barat pantai Kalimantan Barat.

Dari pengamatan sementara, maka Kabupaten Sambas dan Kabupaten Pontianak memungkinkan untuk pengembangan budidaya laut ini, mengingat banyaknya desa nelayan di sepanjang pantai dan dipulau-pulau yang ada, dibandingkan dengan Kabupaten Ketapang yang masih jarang perkampungan nelayannya.

3.3. Produksi yang dapat dicapai (Potensi Produksi)

Bila melihat berbagai jenis ikan yang akan dibudidayakan, maka potensi produksi cukup tinggi dengan survival rate sebesar 40%, dimana potensi ini berhubungan langsung dengan luas areal kurungan tempat ikan tersebut dibudidayakan.

3.4. Pemasaran hasil

Prospek pemasaran hasil budidaya laut ini cukup cerah terutama untuk ikan-ikan yang mempunyai nilai ekonomis penting serta yang merupakan mata dagangan ekspor. Hal ini mengingat adanya penerbangan langsung dari Kalimantan Barat ke Singapura. Disamping itu ada perusahaan yang mempunyai ijin khusus dari Departemen Perhubungan cq. Dit. Jen Perhubungan Laut untuk mengangkut hasil perikanan dari Kalimantan Barat langsung ke Singapura.

3.5. Ketersediaan Tenaga dan Dana

Tenaga di lapangan untuk menangani budidaya laut yang berasal dari tenaga Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Dati II cukup tersedia. Disamping itu tersedia pula tenaga Sarjana Perikanan dari Dinas Perikanan Tingkat I. Dengan demikian tidak ada permasalahan tentang ketersediaan tenaga, baik dari Dinas Perikanan Tingkat I maupun Tingkat II.

Dana yang tersedia dari APBD Tingkat I sangat terbatas sekali, sehingga sulit memplotkan luas minimal kurungan yang perlu dibangun, dalam kaitannya dengan perhitungan usaha secara komersial, apabila sudah dapat diterapkan kepada masyarakat, khususnya masyarakat nelayan setempat.

3.6. Hambatan/Problem

Hambatan yang dirasakan sekali adalah kurangnya informasi (referensi) didalam pengelolaan budidaya laut, terutama cara penanggulangan terhadap kasus-kasus yang terjadi yang perlu penanganan secara cepat.

Disamping itu ketersediaan dana yang sangat terbatas dari APBD Tingkat I Kalimantan Barat belum memungkinkan untuk mengadakan percobaan yang dapat menghasilkan analisa ekonomis. Hal ini penting sekali dalam rangka penerapannya kepada masyarakat, khususnya masyarakat nelayan setempat. Perlu juga dikemukakan disini bahwa meskipun masyarakat nelayan setempat agak sulit menyerap tehnologi baru yang sama sekali belum dikenalnya, apabila perhitungan ekonominya diperoleh keuntungan, akan mempermudah penerapannya.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Melihat potensi yang ada maka daerah Kalimantan Barat dimungkinkan untuk mengembangkan budidaya laut dimana perairan laut di wilayah ini relatif belum tercemar oleh limbah industri dan ketersediaan benih yang cukup banyak serta menyebar secara merata.

Adanya pengembangan budidaya laut ini akan menambah penycrapan tenaga kerja disamping adanya usaha tambahan khususnya untuk masyarakat nelayan yang sehari-harinya berusaha dibidang penangkapan ikan.

Letak usaha budidaya laut tersebut sebaiknya di sekitar perkampungan nelayan sehingga akan mudah dalam pengawasan serta dapat menaggulangi permasalahan yang harus ditangani secepatnya. Dalam rangka pengenalan usaha budidaya laut ini perlu dipecahkan masalah yang dapat menunjang terlaksananya pembuatan kurungan dengan luas minimal untuk mendapatkan break event point dalam analisa usaha secara ekonomis.

Disamping itu adanya informasi yang cukup dalam hal budidaya akan lebih membantu dalam memasyarakatkan budidaya láut; sampai saat ini para nelayan di daerah Kalimantan Barat masih bergantung hanya dari usaha penangkapan ikan.

Gambar 1.

Gambar 1. Pandangan depan kurungan apung ikan Kerapu

A. BalokC. Kisi-kisi kurungan
B. Permukaan airD. Jaringan (net)
 E. Kayu Pengikat
Gambar 2.

Gambar 2. Pandangan samping

A. BalokD. Jaring (net)
C. Kisi-kisi kurunganE. Kayu Pengikat
Gambar 3.

Gambar 3. Letak jaring dalam kurungan

C. Kisi-kisi (luar)
D. Jaring (dalam)


Previous Page Top of Page Next Page