Previous Page Table of Contents Next Page


WBL/85/WP - 33
INFORMASI PERKEMBANGAN BUDIDAYA LAUT
SERTA KEBUTUHAN PENGEMBANGANNYA

Oleh

Harnida1)

1. PENDAHULUAN

Produksi perikanan sebagian besar berasal dari hasil tangkapan, budidaya tambak serta budidaya air tawar. Untuk menjaga kelestarian sumber daya alsam dan mencegah terjadinya overfishing, maka perlu dikembangkan usaha budidaya laut.

Keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari usaha budidaya laut ini antara lain :

  1. Membantu peningkatan pendapatan nelayan
  2. Dapat menciptakan usaha dan lapangan kerja yang baru
  3. Menghasilkan komoditi ekspor dalam rangka meningkatkan devisa negara.
  4. Dapat menghasilkan bahan bagi industri : makanan, tekstil, obat-obatan dan kosmetika.
  5. Menghasilkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi kebutuhan gizi keluarga.

Akhir-akhir ini usaha budidaya laut telah mulai ditingkatkan antara lain dengan melakukan uji coba pemeliharaan kerang-kerangan, ikan, rumput laut dan lain-lain. Pada tahap permulaan uji coba yang dilakukan masih ditekankan kepada segi teknis budidaya belum sampai kepada perhitungan ekonomis.

Usaha pengembangan budidaya laut telah didukung oleh Keputusan Presiden No. 23 tahun 1982, serta pelaksanaannya berdasarkan SK. Menteri No. 473/KPTS/UM/82. Dalam pengembangan budidaya laut perlu diperhatikan pemilihan lokasi, pemilihan jenis yang akan dikembangkan, desain dan konstruksi dari alat yang akan dikembangkan, pengelolaan dan perawatan, perhitungan biaya usaha serta pemasarannya.

2. INFORMASI HASIL UJI COBA BUDIDAYA LAUT YANG TELAH DILAKSANAKAN

Pilot proyek yang menjadi binaan dari Direktorat Bina Produksi meliputi :

  1. Pilot proyek pemeliharaan ikan kerapu di Riau (P.Bintan dan P. Dompak) dalam rangka kerja sama antara IPB dengan Ditjen Perikanan tahun anggaran 1982/1983.
  2. Kegiatan lanjutan Pilot proyek pemeliharaan ikan kerapu di Riau tahun anggaran 1983/ 1984.
  3. Piloting budidaya laut di Jawa Barat tahun anggaran 1983/1984 mengenai budidaya ikan, kerang-kerangan dan rumput laut.
  4. Piloting budidaya laut di DKI tentang pemeliharaan ikan tahun anggaran 1983/1984;
  5. Proyek Pembinaan Produksi Perikanan tahun anggaran 1985/1986, kegiatan meliputi :
    1. Pengembangan budidaya tiram dan kerang di Kuala Indragiri Hilir;
    2. Pengembangan hasil uji coba budidaya laut ikan kerapu dan kakap di P. Batam, Riau Kepulauan.

1) Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan.

2.1. Realisasi pilot proyek pemeliharaan ikan kerapu di Riau.

Lokasi proyek ini di Desa Dompak Kecamatan Tanjung Pinang Timur Kabupaten Kep. Riau Pakan Baru. Jarak lokasi dari ibukota kecamatan ±50 menit dengan perahu motor. Keadaan perairan jernih dengan dasar perairan berlumpur campur pasir.

Jenis ikan yang dipelihara dalam kurungan apung adalah kerapu, sedang kakap sebagai usaha sampingan. Kurungan terbuat dari jaring dengan benang multifilamen, ukuran 6×3×2 m3. Seluruhnya dipakai 6 buah, 3 buah berasal dari dana anggaran proyek tahun 1982/1983 dan 3 buah dari anggaran proyek tahun 1983/1984.

Benih berasal dari hasil tangkapan nelayan dengan bubu kawat. Benih berukuran 100 – 150 gram, seharga Rp. 500,-/ekor. Pakan berupa ikan rucah yang didapat dari nelayan. Konversi makanan adalah 7, artinya untuk menambah berat ikan 1 kg diperlukan 7 kg pakan.

Keadaan lokasi : kedalaman air 8 m, salinitas 26 % o dan pH berkisar 7,8–8. Jenis ikan yang dipelihara kerapu dan kakap, ukuran kurungan apung 5×12×2 m3. Padat penebaran 6 – 8 ekor/m3, berat 100 – 200 gram/ekor, setelah 5 bulan menjadi 700 – 750 gram/ekor.

Dari uji coba ini terdapat dampak positif, terbukti dengan munculnya ± 60 buah kurungan kandang (fish pen) untuk budidaya kerapu yang tersebar di Bintan Selatan, Bintan Timur, Lingga, Senayang dan Batam. Melihat daya serap ekspor dan harga cukup baik maka prospek pengembangannya cukup baik.

Untuk perkembangan budidaya kerapu ini perlu dipikirkan sumber benih serta suplai pakan. Kegiatan lanjutan lainnya di daerah ini adalah kegiatan Proyek Pembinaan Produksi Perikanan tahun anggaran 1985/1986, sekarang masih dalam tingkat persiapan mencari lokasi yang baik di P. Batam.

2.2. Realisasi Piloting Budidaya Laut di Jawa Barat.

Lokasi proyek di Serang, dengan anggaran tahun 1983/1984
-   Uji coba pemeliharaan beronang:

Kedalaman air 7 – 8 m, dasar perairan berpasir, salinitas 38 – 34 % o, kecepatan arus 2 – 15 cm/detik dan pH 8.

Ukuran kurungan apung 2×2×2m3, padat penebaran 150 – 170 ekor/m3. Jenis pakan yang diberikan pellet makanan ikan mas ditambah ikan rucah. Lama pemeliharaan 10 bulan, mortalitas 40 %. Hasil rata-rata per ekor 270 gram.
-   Uji coba pemeliharaan kerang hijau (Mytilus viridis):

Keadaan perairan jernih dengan kedalaman 7 – 8 m, salinitas 34 % o, pH 7,8 – 8.4. Luas areal pemeliharaan 8 × 8 m2 = 64 m2, padat penebaran 1.200 ekor/m3, mortalitas 10 %. Berat rata-rata panen 3.750 kg/unit/tahun. Harga jual kerang hijau Rp. 400,-/kg dengan cangkang.
-   Uji coba pemeliharaan rumput laut :

Dasar perairan berpasir, kedalam air 0,5 – 1,4 m, salinitas 29 – 33% 0 dan pH 8.

Jenis yang ditanam Eucheuma spinosum. Pemeliharaan menggunakan rakit bambu dengan luas ± 36 m2, lama pemeliharaan 1,5 bulan. Dari hasil uji coba ini didapat produksi rumput laut 921 kg/tahun, pemasaran di Jakarta dengan harga Rp. 125,-/kg.

2.3. Realisasi Piloting Budidaya laut di DKI Jakarta.

Proyek ini mempunyai dua kegiatan yaitu pemeliharaan ikan kerapu dan kakap dalam kurungan apung, ukuran per unit masing-masing 4 x 4 x 2 m3.

Kedalaman air 15 m, dasar perairan lumpur dan pasir, salinitas 30–31 % o, kecepatan arus 2 knot dan pH. 8. Jenis pakan ikan rucah, sejumlah 10 % dari jumlah berat ikan per hari. Mortalitas selama pemeliharaan 32 %. Waktu pemeliharaan 6 bulan, berat rata-rata ikan waktu dipanen 240 gram/ekor. Harga produk dilokasi uji coba ini Rp. 5.000,-/kg, sedangkan harga setelah di konsumsi Rp. 7.000,-/kg.

Kegiatan proyek lainnya ialah pemeliharaan kerang hijau. Kedalaman air 15 m, salinitas 30,5 % o, kecepatan arus 2 knot, dasar perairan lumpur dan pasir.

Luas areal pemeliharaan 10 x 13 m2 = 130 m2. Untuk pemeliharaan kerang hijau ini dibuat rakit dari bambu. Padat penebaran 11 kg/m2 dengan berat total adalah 850 kg, mortalitas 10%. Pemeliharaan selama 6 bulan dengan hasil panen 4.410 kg/tahun. Daerah pemasaran adalah Jakarta dan sekitarnya, harga pada knosumen Rp.400,-/kg dan harga dari produsen Rp.250,-/kg.

Secara keseluruhan uji coba yang telah dilakukan mempunyai dampak positif dan mempunyai prospek pemasaran yang baik, terutama di daerah kota besar. Khususnya untuk Riau daerah pemasaran utama adalah Singapura.

Selain informasi dari hasil uji coba yang dibina Direktoral Jenderal Perikanan (Direktorat Bina Produksi) juga telah dilakukan monitoring ke beberapa daerah yang telah melaksanakan uji coba budidaya laut, juga memperoleh gambaran tentang hasilnya. Dari 7 propinsi yang telah menyampaikan laporan perkembangan budidaya laut, baru 3 yang dibina oleh Direktorat Bina Produksi yaitu Riau, Jawa Barat dan DKI Jakarta, daerah lain dibawah binaan Direktorat Bina Sumber Hayati dan Balai Budidaya Laut Lampung. Dari rekapitulasi tersebut diperoleh informasi bahwa jenis komoditi yang dapat dikembangkan dalam budidaya laut ialah ikan kerapu, kakap dan beronang, kerang hijau dan rumput laut (Eucheuma spinosum).

Dari pemeliharaan ikan yang dilakukan di 6 propinsi : Riau, Jawa Barat, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Bali, lihat Table 1 diperoleh informasi sebagai berikut :

  1. Padat penebaran rata-rata 6 sampari 10 ekor/m3 dengan berat tiap ekor berkisar 100– 150 gram. Di Jawa Timur berat awal berkisar 350 – 377 gram/ekor.
  2. Pemberian pakan per hari di Lampung sekitar 15 % sedangkan di Riau 5 % dari jumlah berat ikan per hari.
  3. Lama pemeliharaan umumnya 5 – 6 bulan dan di daerah Bali 9 bulan.
  4. Dari 6 lokasi uji coba, rasio pertumbuhan tertinggi sebesar 110 gram/bulan, sedangkan yang paling rendah yaitu 23 gram/bulan masing-masing di Riau dan Jawa Timur.
  5. Mortalitas paling rendah terdapat di Riau yaitu 3 %, sedangkan di Lampung dan Jawa Barat masih tinggi yaitu masing-masing 55 % dan 40 %.
  6. Ukuran ikan waktu di panen di Riau 700 – 750 gram/ekor, yang merupakan hasil paling tinggi, sedangkan yang paling kecil yaitu 240 gram/ekor di DKI Jakarta.

Berdasarkan hasil monitoring tersebut daerah Riau merupakan daerah yang cukup baik untuk pembangunan budidaya laut dan sudah mempunyai dampak positif.

3. RENCANA KERJA UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT

Bertitik tolak dari hasil uji coba/pilot proyek kegiatan budidaya laut di daerah dan juga berdasarkan hasil laporan dari daerah Riau, ternyata kegiatan ini mempunyai dampak positif serta mempunyai prospek yang cukup baik. Selanjutnya perlu dirintis pengembangannya di daerah-daerah lain di Indonesia, meliputi budidaya rumput laut, ikan dan kerang-kerangan.

Maksud dari rencana pengembangan adalah untuk mencapai target produksi pada PELITA IV, terutama dalam rangka meningkatakan ekspor non migas. Selain dari itu bertujuan pula untuk : (a) meningkatakan pendapatan keluarga nelayan, (b) menciptakan lapangan kerja dan (c) meningkatkan produksi bahan baku industri.

Rencana pengembangan usaha budidaya laut dalam PELITA IV dapat dilihat pada Tabel 2. Dalam PELITA IV direncanakan untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut 18 unit, budidaya kerang-kerangan 13 unit dan budidaya ikan sebanyak 17 unit.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Berdasarkan monitoring hasil uji coba/pilot proyek, khususnya untuk pemeliharaan ikan kerapu, daerah Riau merupakan daerah yang mempunyai prospek baik, karena pemasaran dan pengangkutannya yang mudah ke Singapura. Uji coba di Riau mempunyai dampak positif, sudah lebih dari 60 buah unit dibuat untuk kerapu.
  2. Pada uji coba/pilot proyek ini, terutama untuk pemeliharaan ikan dalam kurungan apung perlu dilengkapi dengan rumah jaga dan sarana penunjang lainnya seperti tabung oksigen, ember, pisau, timbangan, alat pengukur salinitas, panjang, pH, dan analisa air.
  3. Benih pada umunya diperoleh dari alam dengan lokasi yang cukup jauh. Perlu pemikiran adanya pemetaan daerah benih yang akan dikembangkan.
  4. Khususnya untuk hasil produksi budidaya rumput laut dan kerang-kerangan pemasaran dalam jumlah besar sering mengalami kesulitan. Untuk itu juga perlu dipikirkan pemecahannya.
  5. Pengembangan budidaya laut perlu ditingkatkan, terutama bagi daerah-daerah yang potensial dan yang telah ada dampak positif serta mempunyai prospek pemasaran yang baik.

LAMPIRAN I

REKAPITULASI HASIL UJI COBA
(PILOT FARM BUDIDAYA LAUT)
YANG TELAH DILAKSANAKAN PER.PROPINSI
PROPINSIJenis ikan yang dipelihara /budidayaMethode atau Teknik pemeliharaanUkuran dan jumlah tiap unitPadat Penebar- Benih
(pp)
Berat awal Ikan (gr)Jenis makanan yang diberikanJumlah halaman 'per hariLama/waktu Pemeliharaan (bulanRasio Pertumbuh- '/bulanAngka kematian (mortalitas)Konverensi Makanan
(.)(')
Hasil atau Produksi Rata-rata /ekor
RIAU1. KerapuInponding-net5×12×2m38 ekor/m3100 grIkan rucah5'5 bulan100 gr/bl3' 600–700/ekor
2. KakapInponding-net5×12×2m36 ekpor/m3200 grIkan rucah5'5 bulan100 gr/bl3' 650–750/ekor
LAMPUNG1. KerapuKurunganapung5×5×3m3100gr/m3100 grIkan rucah15'15 bulan84 gr/bt55' 604 gr/ekor
2. Kerang hijauRakit bambu tancap15×15m3400 sel/m2 kg/kolektor--7 bulan4 gr/bl47' 40 gr/sel
3. Rumput laut (Eucheuma spinosum)Rakit6×6m800 gr/m28,8 kg/38m2----  -
DKI JAKARTA1. Kerapurakit terapung4×4×2m3600 gr/m3100 gr/ekorIkan rucah10'6 bulan23 gr/th32–35' 240 gr/ekor
2. Kerang hijauRakit bambu10×13 m2100 gr/---1 tahun17,5'/th10–35'  
JAWA BARAT1. Ikan Beronang (siganus app)Rakit terapung1×2×2 m3150 gr/m3150 gr/ekorPellet12–15'10 bulan27 gr/bl40' 270 gr/ekor
 2. Kerang hijauRakit bambu64 m21000–1200 ekor/m224 kg--1 tahun4–5 gr/bt10' 3750 kg/unit/tahun
JAWA TENGAH1. Kerang hijauRakit10×25 m2----1 tahun0,5–1,0 cm-/bulan25' 3–5 kg/hanging
JAWA TIMUR1. KerapuRakit terapung3×3×3m3377 gr/11-ekor/m377/ekorLamuru/teri10'6 bulan10–20 gr/bl10'  
2. KakapRakit terapung3×3×3m3300 gr/ekor/m300 gr/Tembang teri10'6 bulan5–12 gr/bl   
3. BeronangRakit terapung3×3×3m3         
4. BanbanganRakit terapung3×3×3m3         
5. BawalRakit terapung3×3×3m3        
B A L I1. KerapuRakit terapung3×3×2m3200 ekor/unit150 gr/ekorFresh fish-9 bulan50 gram10'60600 gr/ekor

Keterangan : Pillot Proyek yang dibina oleh Direkturat Bina Propinsi
Propinsi Riau, Jawa Barat, DKI Jakarta.
Pellet ikan     1 tahun

LAMPIRAN IIPELITA IV

P R O P I N S IJUMLAH UNIT PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUTJUMLAH UNIT PENGEMBANGAN BUDIDAYA KERANGJUMLAH UNIT PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN DI LAUT
 198619871988Jumlah198619871988Jamlah198619871988Jamlah
W P U A2-24-111-2-2
D.I. ACEH------------
Sumatera Utara1-12-------1
Sumatera Barat------------
R i a u1-12-111-1-2
W P U. A11241225-336
J a m b i------------
Sumatera Selatan--11-----1-1
Bengkulu------------
L a m p u n g1-12--11--11
Kalimantan Barat------11--11
DKI Jakarta----11-2-1-1
Jawa Barat-----1-1----
Jawa Tengah-1-1--11-112
D.I. Yogyakarta------------
W P U . C2-241-12-121
Jawa Timur1-121-12---1
B a l i1-12--------
Kalimantan Selatan------------
Kalimantan Rimur------------
Kalimantan Tengah------------
W P U. D3126--$54157
Sulawesi Utara------------
Sulawesi Tengah4-12--------
Sulawesi Selatan--------4--1
Sulawesi Tenggara11-2--111--1
Nusa Tenggara Barat------111-12
Nusa Tenggara Timur1-12--1-----
Timor Timur------------
M a l u k u------------
Irian Jaya------------
J u m l a h828102381347617


Previous Page Top of Page Next Page